Perempun Berdaya Pilar Keluarga Tangguh

Indonesia masuk era teknologi baru dengan proprosi negara industry. Pesatnya perkembangan investor industri menjadi kontribusi terbesar dalam perekonomian Indonesia. Banyak wilayah yang tadinya pedesaan berubah menjadi perkotaan dan pusat industri. Hal ini memberikan dampak sosial bagi masyarakat. Timbulnya kaum marginal yang tidak mampu bersaing menghasilkan masyarakat dengan kondisi memprihatinkan secara ekonomi maupun mental.
Beberapa waktu yang lalu viral seorang ibu dari Brebes bertindak diluar kewajaran, menganiaya tiga anak kandungnya, satu anak meninggal dan dua lainnya kritis. Sungguh kejadian ini menggemparkan masyarakat Indonesia. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman dan pulang justru memberikan keadaan sebaliknya.
Peristiwa tragis menggambarkan sosok Ibu yang bertindak di luar nalar menjadi perhatian kita. Begitu beratnya beban hidup mereka sehingga dengan alasan untuk menyelamatkan anak, mereka justru bertindak kekerasan. Tekanan ekonomi, merasa terasingkan, tidak diterima lingkungan, bullying. Ada lingkaran kekalutan yang membelenggu dan tidak ada solusi. Menyalahkan lingkungan dengan serta merta tidak menyelesaikan masalah. Rendahnya mental yang dimiliki dan faktor kemiskinan menjadi salah satu faktor pemicu terbesar.
Rantai kekerasan tidak akan terputus dan semakin menjadi besar bila dibiarkan. Dalam penuturannya ibu penganiaya anak juga mengalami kekerasan oleh orang tuanya dulu, dikurung, dirantai dan dipukul. Hal ini menjadikan trauma. Apabila tidak diputus dengan paliatif dan pendampingan maka anaknya pun kelak memiliki peluang trauma yang lebih besar. Perempuan yang mengalami kekerasan berdampak fisik, psikis dan cenderung mengalami depresi.
Dukungan terhadap perempuan yang mengalami tekanan dengan memberikan paliatif terhadap korban. Memberikan edukasi dan konseling. Membuat komunitas dan melakukan pendekatan individual.
Abraham Maslow tokoh psikologi humanistic dalam bukunya memaparkan teori hirarki kebutuhan manusia dengan 5 teori kebutuhan.
Manusia memenuhi kebutuhan dari urutan terendah barulah meningkat ke urutan yang lebih tinggi dan sampai pada aktualisasi diri. Kebutuhan pertama adalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan sandang, papan, pangan, kebutuhan biologis yang biasa disebut kebutuhan fisologis. Kebutuhan kedua rasa aman setelah terpenuhinya kebutuhan fisiologis manusia butuh rasa aman, ketiga kebutuhan sosial dan kasih sayang yaitu kebutuhan seseorang untuk merasa dikasihi, disenangi, dan mempunyai komunitas. Keempat kebutuhan penghargaan, kebutuhan ego untuk memperoleh prestasi dan kelima kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk mengoptimalisasikan diri.(Kutipan Abdul Hadi_Tirto.Id). Sebagian besar masyarakat marginal belum terpenuhi kebutuhan paling dasar. Masyarakat yang masih kekurangan pangan, tidak memiliki rumah dan pekerjaan
Himpitan kemiskinan yang tidak mempunyai akses jalan keluar mengakibatkan kebuntuan bagi masyarakat. Kebijakan yang tidak berpihak memperjelas pengabaian yang berwenang terhadap masyarakat miskin. Dalam lingkaran kemiskinan keluarga, perempuanlah yang paling menderita, ketika ibu berperan sebagai kepala keluarga harus berperan ganda, bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup suami dan anaknya. Peran domestik menjadi ibu di rumah dan peran publik sebagai pencari nafkah keluarga.
Keluarga adalah madrasah pertama. Institusi pendidikan yang mengawali sebuah keberlangsungan hidup setiap individu. Penanaman nilai dasar yang akan menjadi karakter masyarakat. Harapan keluarga sakinah yang membawa masyarakat pada kedamaian dan kesejahteraan.
Perempuan menjadi komponen penting dalam sebuah keluarga, Sosok perempuan yang menjadi ibu, adalah barometer sebuah keluarga. Bila ibunya senang maka bahagialah seluruh keluarga, sebaliknya bila ibu dalam kondisi tidak baik, maka rusaklah keluarga.
Dalam KBBI berdaya adalah berkekuatan, berkemampuan, bertenaga, Bisa dikatakan bahwa ”berdaya” itu melakukan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak untuk mengatasi masalah. Perempuan berdaya adalah perempuan yang mampu madiri, mampu melakukan sesuatu untuk diri, keluarga dan masyarakatnya. Perempuan yang mampu memberdayakan dirinya dari semua sektor kehidupan. Menempa dan dewasa dalam bertindak. Perempuan berdaya mampu menjaga ketahanan dan ketangguhan keluarga.
Menjadi wanita berdaya harus memliki ilmu pengetahuan. Berdaya secara ekonomi, berdaya sosial, berdaya terhadap kehidupanya. Di awali dengan perencanaan pernikahan yang sudah matang dengan usia lebih dari 19 tahun. Usia yang dianggap mampu menerima tanggung jawab lahir dan batin pernikahan yang akan dijalani. Usia dengan alat reproduksi yang sudah siap dan psikis yang baik. Usia matang yang mampu memahami kondisi psikologis setelah pernikahan. Mengatahui resiko yang ditimbulkan apabila melakukan pernikahan dini. Sehingga akan melahirkan generasi penerus yang sehat dan unggul.
Program Sustianable Developmen Goals (SDGs) yang menjadi prioritas Indonesia diantaranya tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera. “Aisyiyah telah bergerak dengan program-program kolaboratif yang telah dilaksanakan dan selalu diprogramkan dari tingkat pusat sampai ranting. Amanat muktamar Muhammadiyah ke 41 di Solo salah satu hasilnya adalah tentang keluarga sakinah yang tertuang dalam buku Tuntunan Keluarga Sakinah.
Perempuan berdaya ekonomi dalam keluarga sakinah adalah perempuan yang mampu membantu keuangan rumah tangganya. Memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan keluarga dan tidak menjadi parasit atau beban keluarga. Perempuan bekerja atau berwirausaha. Harus ada kesepakatan dalam keluarga peran perempuan tidak hanya kegiatan rutinas rumah tangga di rumah tetapi juga ikut berkiprah dalam membantu keuangan keluarga. Potensi yang dimiliki untuk dikembangkan sehingga mencapai hasil yang optimal.
‘Aisyiyah sebagai organisasi kader selalu mengajak semua perempuan dilingkungannya untuk membuka wawasan terbuka dan mampu mengenali potensi yang dimilki. Diberikan pelatihan dan pembimbingan mulai dari bahan, pembuatan produk sampai pemasaran.
Beratnya beban kehidupan sehari-hari, lingkungan yang tidak kondusif mengharuskan perempuan kuat dan mampu menjaga kewarasan. Perempuan berdaya secara sosial yaitu perempuan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berkembang. Memiliki kepercayaan tinggi dan selalu positif thinking terhadap semua kejadian yang menimpa.
Dalam infografis seminar daring kesehatan mental keluarga dalam menghadapi masa stay at home, Wiwin Hendriani (Pakar Resiliensi), Ika W Cahyanti (Pakar Pengelola Stres Psikologi di Unit Pelayan Psikologi Unair) mengemukakan cara menguatkan ketangguhan keluarga yaitu :
- Menguatkan emosional antar keluarga dengan saling mendukung, saling peduli memperbanyak interaksi dan kerja sama dalam mencari solusi.
- Mengedepankan optimisme dalam menyikapi kesulitan serta menguatkan komunikasi dengan memperbanyak interaksi dan dialog untuk membahas berbagai macam hal.
- Menguatkan faktor religius seperti memperbanyak do’a dan meditasi yang dapat membuat tenang dalam menghadapi situasi tidak menentu.
- Menguatkan strategi koping dan adaptasi misal dengan mencari variasi aktifitas yang bisa menyenangkan dikerjakan bersama untuk mengatasi kejenuhan.
Perempuan berdaya pilar keluarga tangguh adalah perempuan gembira, mampu melindungi keluarga, memiliki ketahanan keluarga dan bukan perempuan yang lemah dan tidak berdaya. Memperkuat nilai keagamaan dalam keluarga. ‘Aisyiyah merumuskan dengan azas memuliakan manusia, adil, setara, memenuhi kebutuhan dan sakinah ma wadah wa rohmah. Keluarga tangguh berawal dari perempuan berdaya. Sosok perempuan yang memliki pengetahuan untuk membimibing anak-anak menjadi anak yang sholeh, terpenuhi kebutuhan keluarga dan berkolaborasi dengan suami dalam mengatur rumah tangga.
Penulis : Asih Indriyati, SE Ketua PCA Wanareja Kontributor Suara Aisyiyah